Jumat, 07 Oktober 2011

Teropong Bima


Kantor Walikota Bima, nuansa Islam yang kental

Aksara Bima

Ada dua peti naskah kuno Bo Sangaji Kai. Lima tahun membaca, Siti Maryam Salahuddin bersama beberapa ahli baru bisa menyelesaikan satu kitab. Dia kemudian membuat katalogus naskah kuno Bima bersama almarhum sahabatnya, Rujiati SW Mulyadi dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia yang juga pernah menjabat Ketua Pusat Dokumentasi HB Jassin. Buku lainnya dibuat bersama ahli sejarah dari Prancis Henry Chambert Loir.


Pesona Kota Bima dari Doro Raja


Aksi demonstrasi diyakini sebagai salah satu alat untuk menyalurkan kebebasan masyarkat Bima

Makam ini terletak satu kilometer di sebelah selatan Istana Kesultanan Bima. Tepatnya di atas Bukit Dana Taraha. Terdapat makam Sultan Bima pertama yang merupakan penerima ajaran Islam pertama di Bima yakni Sultan Abdul Kahir atau raja terakhir dari Kerajaan Bima.

Penasaran ingin melihat Joki kecil tanpa pelana ? jangan ragu-ragu, kunjungilah Kabupaten Bima tepatnya di arena pacuan Kuda Panda atau saat kejuaraan Pacuan Kuda yang diselenggarakan Pemerintah Kota Bima di Arena Pacuan Kuda Kelurahan Sambinae.

Busana Rimpu merupakan busana khas masyarakat Bima dan mungkin tidak ditemukan dimanapun di belahan Bumi ini. Busana rimpu mulai tumbuh pesat pada masa kesultanan seiring dengan tuntutan syariat islam untuk menutup aurat.

Parang ini dijuluki La Nggunti Rante karena konon dapat memotong apa saja termasuk besi dan baja. Menurut Kitab BO (Kitab Kuno Kerajaan Bima) parang ini dibuat pada abad ke-14 yaitu pada masa Pemerintahan Batara Indera Bima. La Nggunti Rante merupakan Golok Pendek dengan panjang 25 cm dan lebar 10 cm.
Hadrah Rebana biasa digelar pada acara WA’A CO’I (Antar Mahar), Sunatan maupun Khataman Alqur’an. Hingga saat ini Hadrah Rebana telah berkembang pesat sampai ke seluruh pelosok.
Upacara Adat Hanta U’A Pua : atraksi budaya sambil menanti kedatangan rombongan penghulu melayu bersama rumah mahligai yang mengusung penghulu melayu, panari lenggo mone dan lenggo siwe yang akan menyampaikan Kitab Suci Alqur’an kepada Sultan Bima. Bunyi dan alunan gendong, Gong serta Serunai baru mulai tampak sesaat sebelum rombongan penghulu melayu memasuki Istana Bima.
Di batas bibir samudera Hindia membentang sebuah teluk nan elok. Teluk itu berada di sebelah selatan tanah Bima. Teluk itu bernama teluk Waworada. Pulau-pulau kecil nan elok pun membentang seperti pengawal yang tetap setia menjaga keindahan ekosistimnya. Teluk Waworada berada di kecamatan Langgudu yang berjarak lebih kurang 80 KM dari kota Bima. Di teluk ini, ribuan masyarakat Langgudu dan sekitarnya menggantungkan hidup. Berbagai jenis ikan hidup disini memberikan kehidupan bagi mahluk di sekitarnya. Di gugusan pegunungan di selatan teluk ini terdapat beberapa kampung dan desa seperti Karampi, Soro Afu, Tamandaka dan lain-lain.

Pada bulan April 1815, gunung Tambora meletus dan tercatat dalam sejarah sebagai letusan gunung terdahsyat di dunia. Prof. Heraldur Sirgudson dari Rhode Island University , USA menyebut Tambora sebagai “ Pompeii Dari Timur “. Pompeii adalah sebuah kawasan di Italia yang hancur luluh tertelan letusan dahsyat gunung Vesuvius  tahun 79 Masehi. Namun letusan Tambora dua kali lebih dahsyat dari Vesuvius. Temperatur awan panas (Wedus Gemble) tercatat 800 derajat.
Sementara Vesuvius mencapai 500 Derajat. Kini Prahara tersebut menyimpan berjuta kenangan yang terkubur bersama pasir letusannya. Berbagai temuan telah menjelaskan kepada kita yang hidup di abad ini tentang sebuah peradaban yang hilang. Disamping itu, sisa letusan Tambora kini menawarkan pesona alam yang menggugah minat para petualang untuk menjelajahinya.

Tarian Sokaberasal dari Desa Sari Kecamatan Sape Bima. Soka telah dikenal seiring dengan masuknya islam dikecamatan tersebut, menurut catatan sejarah bahwa islam masuk ke Bima melalui kecamatan sape yang dibawa oleh para mubaligh dari Gowa dan Makasar.



Sepi adalah makanan khas Bima yang terbuat dari udang rebon (anak udang yang sangat kecil yang di Bima disebut Sepi Bou). Udang rebon difermentasi dengan garam saja sehingga mengeluarkan aroma khas. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam meramu Tumi Sepi antara lain,2 sendok makan Sepi,1 ruas jari lengkuas,1 lembar sereh,2 genggam kemangi,1 sendok makan minyak goring dan  100ml air.
Sedangkan bumbu-bumbunya harus semua diiris, antara lain, 10 butir bawang merah,5 siung bawang putih,1 buah tomat ukuran besar,7 buah belimbing sayur,5 buah cabe keriting,1-15 buah cabe rawit biarkan utuh,Garam secukupnya dan Gula pasir ½ sendok teh
Cara Membuatnya
  • Panaskan minyak, tumis semua bumbu yang sudah diiris masukkan daun sereh dan lengkuas setelah harum masukkan Sepi, garam secukupnya dan gula pasir, masukkan 100ml air,
  • aduk-aduk terus hingga matang.
  • Sebelum diangkat masukkan cabe rawit dan kemangi biarkan cabe rawit layu setelah itu angkat.
  • Siap dihidangkan dengan lalapan.
  • Cocok dihidangkan bersama sayur asam atau sayur bening.
SEPI bisa juga dikonsumsi langung tanpa dimasak terlebih dahulu. Tambahkan cabe rawit (potong-potong) dan air jeruk purut, lebih sedap bila kulit jeruk purut diiris-iris dicampurkan dengan SEPI (sebelumnya jeruk purut dimemarkan dulu untuk membuang rasa getir).Atau juga bisa dicampurkan dengan mbohi dungga (sambal parado).

Tembe merupakan barang unggulan yang dihasilkan oleh para penenun. Selain untuk diperjualkan oleh masyarakat lokal, juga menjadi salah satu jenis barang yang laris dalam perdagangan Nusantara, terutama pada era Kesultanan sampai dengan Tahun 1960-an.

Permainan anak-anak berupa kesenian biasa disebut masyarakat Mbojo dinamakan “Mpa’a Rompije Dambe To’i”

Polisi dan Densus 88 yang mengamankan aksi Teroris Pondok Pesantren Umar Bin Khatab di Bima, NTB

Tata cara berpakaian, bentuk serta warna dan seni aksesorisnya harus sesuai dengan etika dan estetika masyarakat . Pakaian harus harus diperoleh dengan cara halal,  bukan dengan cara yang dilarang oleh agama atau yang haram. Pakaian yang memenuhi persyaratan seperrti itulah yang dinilai “kani ro lombo ma ntika raso” (pakaian yang indah dan bersih) oleh masyarakat.
Ae-aena merupakan perpaduan Seni Gerak (Tari), percakapan atau Dialog (Teater) diiringi lagu Ae-aena. Pada masa lalu,permainan ini lazim dimainkan anak-anak pada waktu istirahat seusai belajar atau bekerja membantu orang tua guna menghibur hati yang gundah. Dimainkan oleh anak-anak usia antara 7-12 tahun, terdiri dari anak perempuan dan laki-laki. Lazimnya dimainkan dihalaman rumah dikala bulan purnama seusai belajar mengaji dan shalat.
Ae-aena diangkat dari judul lagu”Ae-aena” yang mengiringi dolanan Ae-aena. Aena berarti Hasna, kata Na merupakan singkatan dari Jaenab, Nurjanah atau Hasnah (nama perempuan). Nama-nama tersebut biasa disapa dengan “Na”.
Diiringi Musik Vokal (Lagu) Ae-aena yang dinyanyikan secara bergilir oleh dua kelompok pelaku.
Ae-aena
Ae aena
Wati edamu sahe nahu ( Nggak lihat Kerbau Saya ?)
Ese tolo mpada rida ( Di atas Swah Mpoda Rida )
Kadondo ma da ( Di bawah pohon kedondong)
La hama wae ( La Hama Wae )
Matutu tero wei( Yang sering Memukul Istri )
Kacaina wei( Dikiri istri
Pala wunta wau( Padahal bunga-bunga berserahkan)
Orang-orang Sambori dan suku Mbojo menyebutnya dengan Lupe. Lupe berbentuk lonjong, menutupi kepala dan badan yang berfungsi sebagai topi/payung sekaligus Jas Hujan. Yah, bisa dikatakan bahwa Lupe adalah Jas Hujan Tradisional masyarakat Sambori tempo dulu terutama di wilayah Donggo Ele yang meliputi Kuta, Teta, Sambori, dan  Kaboro. Daun pandan gunung, berdaun lebar lagi panjang, seratnya kuat tidak mudah robek. Lupe sangat cocok bagi petani peternak atau pengembala yang sedang bekerja di sawah ladang dan padang nan luas.
Pada umumnya anyaman yang bahan bakunya Daun Pandan  (Bima : Ro’o Fanda), hasil anyaman pengrajin dari Sambori dan Donggo Ele (Donggo Timur) yaitu dari Desa Kuta,  Kaboro dan Teta. Tetapi ada juga yang dianyam oleh masyarakat Mbojo yang bertempat tinggal di daerah dataran tinggi, seperti Desa Lela Mase (Kec. Rasanae Timur Kota Bima), dan beberapa desa di Kecamatan Wawo Kabupaten Bima. Pohon pandan dalam berbagai jenis bisa tumbuh subur di daerah Bima dan Dompu. Sebab itu persediaan bahan  baku untuk anyaman daun pandan tidak ada masalah.
oro Wamba merupakan salah satu Obyek Wisata yang berada di Kecamatan Sape tepatnya di Desa Lamere, dan berjarak 2 km dari pemukiman masyarakat lokal, dengan jarak lebih kurang 6 km dari Ibu Kota Kecamatan Sape. Obyek ini dapat dijangkau oleh kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda dua.
Toro Wamba menyajikan khas sajian alam daerah tropis yaitu pantai dengan air yang jernih dengan hamparan pasir putih, kemudian berbagai macam aktivitas yang dapat di laksanakan oleh wisatawan seperti berenang, snorkling, diving, memancing, berjemur serta bersantai. Toro Wamba juga menyediakan akomodasi (penginapan) yang berartistik lokal yang dapat dijangkau serta dikelola langsung oleh masyarakat setempat.

Pesisir utara Bima memang menyimpan pesona alam cukup banyak. Teluk-Teluk kecil di sepanjang Ambalawi dan Wera adalah lukisan keindahan alam yang tiada bandingannya. Menyusuri wilayah ini adalah petualangan yang mengasyikkan. Kicau burung, desir ombak, semilir angin  pantai nan lembut, dan keramahtamahan penduduknya adalah nyanyian dan sapaan alam penghibur jiwa.
Pantai Ujung Kalate yang membentang dari So Spui hingga So Fanda di dusun Ujung Kalate Desa Nipa kecamatan Ambalawi menawarkan pesona dan keindahan alam yang masih asri dan alami. Pantai ini terletak di kilometer dua hingga kilometer Empat di jalan lintas Nipa-Kolo. Hamparan pasir putih yang berpadu dengan sejuknya semilir angin dari pegunungan di sekitarnya adalah pilihan tepat bagi setiap orang untuk berwisata di tempat ini. So Spui ini dihuni oleh orang-orang dari dusun Ujung Kalate sekitar 20 KK. Demikian pula dengan di So Fanda yang berjarak lebih kurang dua kilometer dari So Spui ini juga dihuni oleh warga dari dusun Ujung Kalate.

Potensi wisata yang satu ini merupakan potensi wisata yang sangat unik dan langka di temukan di wilayah nusantara. Mata air Oi Tampuro merupakan obyek wisata sumber mata air yang sangat jernih dan debit air yang cukup besar, sehingga memebrikan nuansa yang berbeda pada obyek wisata ini bagaikan muara di tengah padang gersang yang mampu memberikan kasejukan dan kesegaran alami. Mata air  Tampuro jaraknya kurang lebih 100 km dari Ibukota Kabupaten Bima dan 15 km dari Ibukota Kecamatan Sanggar, Lokasi yang sangat strategis dan dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor baik roda 2 (dua) maupun roda 4 (empat) bdengan jarak tempuh kurang lebih 3 jam.

Museum Asi Mbojo bukan hanya saksi sejarah Bima, lebih dari itu ia menyimpan cerita panjang temali benang merah peradaban masyarakat Bima dari masa kesultanan Bima hingga kini. Arsitektur bangunan Museum Asi Mbojo merupakan perpaduan khas Bima dan Belanda. Bangunan kokoh dan menjulang itu terdiri dua lantai dan menempati areal tidak kurang dari lima are.
Asi Mbojo berarti Istana Bima. Istana itu dibangun pada 1927 dan resmi menjadi istana kasultanan Bima pada 1929. Bangunan istana diapit oleh dua pintu gerbang di sisi barat dan timur. Tata letak Asi Mbojo tidak jauh berbeda dengan istana lain di Tanah Air. Istana menghadap ke barat dan di depannya terdapat tanah lapang atau alun-alun bernama Serasuba.
Di tempat itulah konon raja tampil secara terbuka di depan rakyat di saat-saat tertentu, misalnya saat diselenggarakan upacara-upacara penting atau perayaan hari besar keagamaan. Serasuba juga menjadi arena latihan pasukan kesultanan.

eluk Bima yang membentang mulai dari Lewa Mori, Kalaki, Oi Niu, Panda, Lawata, Ama Hami hingga Kolo dan sebagian kecamatan Soromandi dan Bolo di sebelah Baratnya sesungguhnya menyimpan potensi yang luar biasa. Teluk ini adalah harta karun yang berlum tergali dan mutiara yang terpendam.  Teluk ini bisa dimanfaatkan untuk wisata bahari, budidaya rumput laut, olahraga dayung, olahraga mancing, olahraga Jetskee, wisata pantai, dan lain-lain kegiatan. Di tengah teluk ini ada sebuah pulau kecil yang disebut Nisa To’i atau juga dikenal dengan Pulau Kambing.  Dinamakan pulau kambing, konon pada zaman dahulu, pulau kecil ini merupakan tempat pelepasan kambing raja atau sultan Bima. Masyarakat Mbojo menyebut juga pulau kecil di tengah teluk Bima ini dengan Nisa. Dalam Bahasa Mbojo Nisa adalah pulau. Orang-orang Donggo di sebelah barat teluk Bima menyebutnya dengan Nisa To’i. Nisa (Pulau) ini menyimpan kenangan dan romantika sejarah Bima yang akan senantiasa dikenang sepanjang masa. Pada zaman penjajahan, Pemerintah Kolonial Belanda mendiriikan tempat pengisian bahan bakar sehingga sampai saat ini masih terdapat tangki minyak peninggalan zaman perang dunia kedua tersebut.

ari puncak Gunung Tambora, pandangan mata  lebih leluasa memandang kawah, padang pasir, samudra lautan, dan Pulau Satonda. Pulau Satonda sangat indah dengan pemandangannya yang masih alami, di tengah-tengah pulau tersebut terdapat danau yang jernih dan dikelilingi oleh tebing-tebing dari perbukitan yang masih alami. Pulau Satonda dengan ketinggian antara 0 sampai 300 meter di atas permukaan laut merupakan taman rekreasi (recreation park) dengan wilayah seluas 1.000 Ha mempunyai ciri-cirinya yang unik.
Asa Kota yang indah adalah laut sempit yang menjadi satu-satunya pintu masuk di teluk Bima. Asa Dalam Bahasa Bima berarti Mulut. Kota berarti Kota. Jadi Asa kota adalah mulut Kota yang menjadi penghubung Bima dengan negeri-negeri lainnya. Mendayung di antara ketenangan laut Asa Kota yang dibalut panorama indah di sekelilingnya sungguh menakjubkan.
BAWANG MERAH merupakan komoditi andalan Kabupaten Bima dan ditanam pada beberapa wilayah kecamatan, diantaranya  Kecamatan Belo, Monta, Sape, Lambu, Ambalawi dan Wera, dengan luas area potensial pengembangan  mencapai 7.227 Ha.  Hasil produksi mencapai 87.868 ton per tahun dengan luas areal 7.227 ha (BPS, 2008).
Hasil bawang telah memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap pendapatan masyarakat. Bawang telah diekspor keluar daerah, seperti Bali, Jawa, Makassar dan Banjarmasin.
Bawang Keta Monca saat ini telah menjadi komoditi unggul nasional. Pemerintah Pusat melalui Departemen Pertanian telah mengembangkan varietas ini  di berbagai wilayah seperti di Pamekasan Madura dan Palu Sulawesi Tenggara

Sumber Info : http://alanmalingi.wordpress.com/,dll

0 komentar:

Posting Komentar

 
;